Blinkie Text Generator at TextSpace.net

Jumat, 18 November 2011

[ternyata] Lambang Garuda (simbol Indonesia) Mengalami 3 Kali Perubahan

Sewaktu Republik Indonesia Serikat (RIS) dibentuk, Sultan Hamid II diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu Ia ditugaskan Presiden Soekarno untuk merencanakan , merancang, dan merumuskan gambar lambang negara.

Tanggal 10 Januari 1950 dibentuk Panitia Teknis dengan nama Panitia Lencana Negara dibawah koordinator Menteri Negara Zonder Porto Folio Sultan Hamid II dengan susunan panitia teknis Muhammad Yamin sebagai ketua, Ki Hajar Dewantoro, M.A Pellaupessy, Muhammad Natsir, dan RM Ngabehi sebagai anggota. Panitia ini bertugas menyeleksi usulan rancangan lambang negara untuk dipilih dan diajukan kepada pemerintah.

lambang negara pertama


Merujuk keterangan Bung Hatta dalam buku "Bung Hatta Menjawab" untuk melaksanakan keputusan sidang kabinet tersebut Menteri Priyono melaksanakan sayembara. Terpilih dua rancangan lambang negara terbaik, yaitu karya Sultan Hamid II dan karya M. Yamin. Pada proses selanjutnya yang diterima oleh pemerintah dan DPR adalah rancangan Sultan Hamid II, karya M. Yamin ditolak karena menyertakan sinar-sinar matahari dan menampakkan pengaruh Jepang.

Setelah rancangan terpilih, dialog intensif antara perancang (Sultan Hamid II), Presiden RIS Soekarno dan Perdana Menteri Mohammad Hatta terus dilakukan untuk keperluan penyempurnaan rancangan itu. Terjadi kesepakatan diantara mereka bertiga, mengganti pita yang dicengkeram Garuda, yang semula adalah pita merah putih menjadi pita putih dengan menambahkan semboyan "Bhinneka Tunggal Ika".

perubahan pertama

Pada tanggal 8 Februari 1950, rancangan final lambang negara yang dibuat Menteri Negara RIS, Sultan Hamid II diajukan kepada Presiden Soekarno. Rancangan gambar lambang negara tersebut mendapat masukan dari partai Masyumi untuk dipertimbangkan, karena adanya keberatan terhadap burung Garuda dengan tangan dan bahu manusia yang memegang perisai dan dianggap bersifat mitologis.

Sultan Hamid II kembali mengajukan rancangan gambar lambang negara yang telah disempurnakan berdasarkan aspirasi yang berkembang, sehingga tercipta bentuk Rajawali - Garuda Pancasila dan disingkat Garuda Pancasila. Presiden Soekarno kemudian menyerahkan rancangan tersebut kepada kabinet RIS melalui Moh Hatta sebagai Perdana Menteri.

AG Pringgodigdo dalam bukunya "Sekitar Pancasila" terbitan Departemen Hankam, Pusat Sejarah ABRI menyebutkan, rancangan lambang negara karya Sultan Hamid II akhirnya diresmikan pemakaiannya dalam sidang kabinet RIS. Ketika itu gambar bentuk kepala Rajawali Garuda Pancasila masih "gundul"  dan tidak "berjambul" seperti bentuk sekarang ini.

Inilah karya kebangsaan anak-anak negeri yang diramu sebagai aspirasi dan kemudian dirancang oleh anak bangsa, Sultan Hamid II Menteri Negara RIS. Presiden Soekarno kemudian memperkenalkan untuk pertama kalinya lambang negara itu kepada khalayak umum di Hotel Des Indes, Jakarta pada 15 Februari 1950

perubahan kedua


Penyempurnaan kembali lambang negara itu terus diupayakan. Kepala burung Garuda Pancasila yang "gundul" menjadi "berjambul" dilakukan. Bentuk cakar kaki yang mencengkeram pita yang semula menghadap kebelakang menjadi menghadap kedepan juga diperbaiki, atas masukan Presiden Soekarno.

Tanggal 20 Maret 1950, bentuk akhir gambar lambang negara telah diperbaiki mendapat disposisi Presiden Soekarno, yang kemudian memerintahkan pelukis istana, Dullah, untuk melukis kembali rancangan Menteri Negara RIS Sultan Hamid II yang dipergunakan secara resmi sampai saat ini.

perubahan ketiga


Untuk terakhir kalinya, Sultan Hamid II menyelesaikan penyempurnaan bentuk final gambar lambang negara, yaitu dengan menambah skala ukuran dan tata warna gambar lambang negara dimana lukisan otentiknya diserahkan kepada H. Masagung. Yayasan Idayu Jakarta pada 18 Juli 1974. Sedangkan lambang negara yang ada disposisi Presiden Soekarno dan foto gambar lambang negara yang diserahkan ke Presiden Soekarno pada awal Februari 1950 masih tetap disimpan oleh kraton Kadriyah, Pontianak.

dari transkrip dialog Sultan Hamid II dengan Masagung (1974) sewaktu penyerahan berkas dokumen proses perancangan lambang negara disebutkan "ide perisai Pancasila" muncul saat Sultan Hamid II sedang merancang lambang negara. Dia teringat ucapan Presiden Soekarno, bahwa hendaknya lambang negara Indonesia, dimana  sila-sila dari dasar negara, yaitu Pancasila divisualisasikan dalam lambang negara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar